Indonesia dalam Mewujudkan Poros Maritim Dunia

POROS MARITIM DUNIA
 (PMD)


Poros Maritim Dunia (PMD) baru secara resmi dicanangkan Presiden Jokowidodo dalam bentuk pidato kenegaraan di Naypyidaw Myanmar pada tanggal 13 November 2014 di foreum East Asian Summit ke-9. [1]
Sementara kemenlu RI juga telah meninisiasi di adakannya seminar internasional pada tanggal 11 mei 2015 di Jakarta dengan tema “Fulcrum and Foreign Policy”. Selanjutnya, untuk menjadi negara maritim  maka Indonesia harus : (1) mampu memfasilitasi maritim ; (2) mamapu mengelola dan mebangun sumber daya maritim ; (3) mampu menjaga stabilitas dan keamanan ; dan (4) mampu meneggakan keadilan. Intrepetasi Kemenlu RI ini perlu diapresiasi, Karena sebagai instansi yang bersinggungan langsung dengan korps diplomatic asing, Kemenlu RI telah berani untuk mensosialisasikan konsep PMD mendurut versi Kemenlu RI, walaupun tentunya vesi diatas memiliki keterbatasan intrepretasi, sesuai dengan bidang tugas Kemenlu RI sendiri, yaitu dibidang Diplomasi Maritim. [2]
                kesadaran bahwa masih banyak potensi maritim hanya melihat diwilayahnya sebagai garis batas pengawasan laut, namun perlu juga mempertimbangkan perairan di sekitar Indonesia. Contohnya, sengketa di Laut China Selatan, yang muncul akibat klaim China atas sebagian besar perairan itu. Ketakutan akan ancaman dari China menimbulkan reaksi balancing tersebut; Filipina dan Vietnam semakin meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat.[3]
          Manakala Amerika Serikat terlibat dalam sengketa di kawasan Laut China Selatan, posisi Indonesia sebagai salah satu negara paling berpengaruh di ASEAN akan tergerus,sehingga tidak dapat lagi menjadi pemimpin alamiah kawasan ini. Disinilah pentingnya roadmap atau grand strategy kebijakan maritim  Indonesia yang tertuang didalamnya tertuang analisis mengenai maslah politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan yang di hadapi Indonesia berdasarkan visi Poros Maritim Dunia dan tentu saja tujuan strategis Indonesia menjadi kekuatan maritim pada abad ke 21.[4]
Dalam mencapai tujuan tersebut, Indonesia harus mampu memanfaatkan persaingan politik internasional di kawasan Indo-Pasifik, terutama persaingan Amerika Serikat dan China demi kepentingan nasional Indonesia dan kepentingan regionalism ASEAN. Dalam konteks merangkut dua kekutan yang saling bersaing., Kuik merupakan strategi yang menggabungkan antara balancing dan bandwagoning dalam menghadapi ancaman. Inti dari gedging adalah dipeliharanya kesempatan suatu negra untuk memihak kekuatan mana saja manakala negara tersebut berada dalam posisi terdesak (yang harus memihak ke kekuatan tertentu yang paling menguntungkan negaranya). [5]
Dengan mengadopsi konsepsi hedging dari Kuik, bahwa makna Poros Maritim Dunia adalah salah satu tindakan hedging Pemerintah Indonesia dalam konteks geopolitik dan membangun kerja sama dengan kekuatan-kekuatan besar dikawasan Indo-Pasifik, baik dengan great powers, middle powers, regionalism (ASEAN), maupun Internasional (PBB), terkait maritime demi mengamankan kepentingan nasional dan tujuan strategis Indonesia menjadi negara maritime besar.[6]
Grand strategy, dapat diartikan sebagai cara pemerintah dalam memanfaatkan tiga dimensi struktur dan kekuatan dimensi geografisnya untuk mempertahankan kepentingan nasional. Bahwa Poros Maritim Dunia dapat diposisikan menjadi visi atau ends geopolitik Indonesia dalam menghadapi persaingan politik internasional di kawasan Indo-Pasifik. Visi geopolitik ini akan memandu pemerintah dalam penetapan kebijakan luar negeri dan pertahanannya, serta memandu pembangunan postur militer, perencanan system perdagangan dan industry internasiona, serta dalam perencanaan stratefi diplomasi.[7]
Pidato Presiden Joko Widodo tentang kelima pilar Poros Maritim Dunia :
1.     Pembangunan kembali budaya maritime Indonesia. Bangsa Indonesia harus menyadari dan melihat dirinya sebagai bangsa yang identitasnya, kemakmuran, dan adnya ,asa depannya, sangat di tentukan oleh bagaimana kita mengelola samudera.
2.     Adalah komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan focus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industry perikanan dengan mendapatkan nelayan sebagai pilar utama.
3.     Komitmen mendorong pembangunan insfrakstruktur dan konektifitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut dalam, logistic, dan industry perkapalan serta pariwisata maritime
4.     Bersama-sama kita harus menghilangkan sumber konflik di laut, sepeti pencurian ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran laut.
5.     Sebagian negara yang menjadi titik tumpu dua samudera, Indonesia berkewajiban membangun kekutan pertahanan maritime.[8]

Dalam budaya maritim hal yang dibahas meliputi identitas bangsa dan cara pandang bangsa terhadap kemaritiman yang dikaitkan dengan potensi ekonomi dimasa depan. Namun pilar kedua, akan sulit untuk memberi penamaan, Karena diasan dibahas tentang sumber daya laut, pangann laut, dan industry perikanan. Ekonomi Maritim yang meliputi sumber daya laut, industry kemaritiman, dan pariwisata maritime ( yang oleh Presiden juga singgungkan pada pilar ketiga). Konektivitas Maritim dengan industry perkapalan dan keempat, Presiden Jokowi sudah sangat jelas mengatakan sebagai diplomasi maritime sedangkan untuk pilar kelima ,salam study hubungan internasional, teminologi memiliki makna yang lebih luas dari pertahan.
*Budaya Maritim
          Jika rakyat Indonesia ingin mendapat porsi lebih dari manfaat perekonomian berbasis maritime di Indonesia, maka budaya dan sikap mentalnya terhadap maritime harus berubah. Apabila dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten, bukan tidak mungkin bangsa Indonesia akan kembali memnemukan jati dirinya dalam dua-tiga generasi kedepan sebagai bangsa maritime. Waktu yang dibutuhkan proses sosial ini tergantung dari komitmen seluruh komponen masyarakat untuk berubah ke arah yang hendak dituju.
          Faktor kempemimpinan masyarakat menjadi satu elemen penting untuk melakukan perubahan sosial. Para pemimpin bangsa tidak hanya dituntut untuk memahami pengetahuan dalam tataran strategis, namun juga memiliki sikap mental dan tegas, berani, visioner, arif, bijaksana, dan berwawasan. Aspek budaya lain yang mendukung visi Poros Maritim Dunia adalah oriantasi pembangunan dari Jawa-sentris menuju keluar-Jawa kegiatan solsial budaya dapat berupa kegiatan politik nasional, pelayaran, perdagangaan, industry, perikanan, Pendidikan, penelitian, kesehatan, kesenian, dan bahkan pertahanan keamanan keluar-Jawa.[9]


*Ekonomi Maritim
          Prasarana ekonomi harus dibangun secara optimal. Insfrasrtuktur seperti sarana-prasarana pelabuhan, kapal angkut/penumpang, alat pelayaran navigasi harus di bangun. Banyaknya pulau dan pelabuhan tradisional di Indonesia seperti pulau sabang, pulau batam, pulau bintan, pulau natuna, kota merak, kota cilacap, kota bitung, kota palu, kota kupang, pulau moratai dam kota sorong yang sebenarnya cocok dikembangkan menjadi deap sea port atau global transshipment port seperti singapura.[10]
          Motif dibalik focus internasional di kawasan Indo-Pasifik tidak lepas dari moif ekonomi, yaitu : freedom of navigation, akses kepada sumber daya alam, dan akses kepada pasa. Jika sumber daya maritime itu berupa ikan, pelabuhan tersebut harus memiliki tempat sandar kapal ikan yang memadai fasilitas undloading muatan ikan yang baik untuk meneruskan muatan ikan ke pasar ikan.[11]
          Pada intinya, dilokasi pelabuhan besar harus dibangun fasilitas yang memadai dengan dilengkapi teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga mampu bersaing dan meyesuaikan diri dengan kecanggihan teknologi kapal abad ke-21.

*Konektivitas Maritim
          Indonesia perlu berencana untuk harus mengimbangi singapura dalam manfaat satu rute gemuk . seluruh pelabuhan strategis yaitu selat malaka, dan dua rute yang dilewati selat sunda dan laut Sulawesi perlu didukung oleh sumber listrik yang memadai agar kapal-kapal dapat bersandar di sejumlah pelabuhan. Diperlukan perbakan system hub and spoke yang ada, dengan memperhatikan masukan dari pelaku ekonomi yang terlibat dalam pelayaran domestic tersebut.
          Jika melihat rencana pembangunan lima deep sea port di kuala tanjung, Jakarta, Surabaya, makasar, dan sorong, ada beberapa wilayah di Indonesia yang belum terjangkau dengan rute pelayaran pendukung, seperti di wilayah Pontianak dan sekitarnya, Bengkulu, Sumatra barat, bagian barat Sumatra untara, Kalimantan timur, kaliantan utara, dan Gorontalo. Tujuan dilakukannya diplomasi internasional adalah untuk memenuhi ataupun memeperjuangkan kepentingan nasional Indonesia.[12]


*Diplomasi Maritim
          Dalam diplomasi maritime, ada empath al yang perlu di jadikan panduan yaitu, (1) perlunya selalu mempertajam dan memperioritakan kepentingan Indonesia (2) menentukan kepentingan (3) perlunya memperjuangkan kepentingan ASEAN, di mana Indonesia menggap dirinya sebagai pemimpin alamiah ASEAN. (4) perlunya solusi menang-menang dari maslah sengketa antarnegara ASEAN dan pihak diluar ASEAN, seperti dengan kekuatan besar (Amerika Serikat, China, India, dan Jepang).[13]

*Kamana Maritim
          Dalam dimensi maritime pada kemanan regional Indo-Pasifik, postur pertahanan yang efektif terpusat pada kekuatan maritime (seapower) dan kekuatan udara (airpower). Hal ini yang di tuangkan dalam enam alasan.\
1.     Karena dampak transformasi pertahanan dan peningkatan teknologi militier, atau dikenal dengan istilah Revolution in Military Affairs(RMA).
2.     Adanya kehadiran kekuatan laut asing di kawasan Samudra Hindia, Laut China Selatan, dan Pasifik Timur, terutama dari Angkatan Laut Amerika Serikat, Australia, China, India, Jepang, Prancis, Inggris, menyebabkan peningkatan kebutuhan interoperabilitas antara kekuatan laut negar di kawasan dan kekuatan maritime asing tersebut.
3.     Modernisasi kekuatan militer China juga berdampak pada kebutuhan modernisasi pertahanan di kawasan Asia Tenggara.
4.     Isu global atas perang melawan terorisme juga membuat kekuatan militer di Indo-Pasifik penyiapan diri dalam menghadapi konflik asimentris dan berintesitas rendah.
5.     Peran Amerika Serikat (AS) dikawasan Indo-Pasifik cenderung semakin besar.
6.     Muculnya peran dan revalansi baru dari aliansi regional dan bilateral di Indo-Pasifik antara AS dan five powers Defense Arrangement (FPDA).[14]




Geoffrey Till dalam bukunya seapower menjelaskan bahwa konteks seapowers, kebijakan nasional merupakan asal dari kebijakan lain, seperti kebijakan luar negeri, dan pertahanan yang akhirnya mengerucut pada kekuatan maritime suatu negeera, baik dari sector sipil Maupin militer. [15]
internasional Pemerintah yang menjadi rujukan bagi kebijakan-kebijakan lain di tiap kementrian dan instasi pemerintah terkait. Pandangan Till juga telah mengingatkan kita, bahwa prospek Indonesia sebagai negara maritime adalah melalui proses yang tidak cukup dipenunhi dengan lanskap kebijakan nasional diatas.
Peraturan Presiden tentang Poros Maritim Dunia juga menjadi acuan bagi Kementrian Luar Negeri dalam menetapkan kebijakan luar negeri Indonesia. Dalam hal ini, kebijakan luar negeri yang akan diterapkan dapat saja kemudian menjadi doktrin kebijakan luar negeri Indonesia. Karena doktrin kebijakan luar negeri akan dibatasi pada pilar ke-4 Poros Maritim Dunia, yaitu diplosmasi maritime (walaupun diplomasi dalam arti luas juga termasuk diplomasi budaya, ekonomi, pertahanan yang tekait dengan keempat pilar Poros Maritim Dunia yang lain).
 Peraturan Presiden tentang Poros Maritim Dunia tentunya juga akan memberi arah bagi kebijakan ekonomi nasional, yang memberi penekanan lebih kepada pembangunan ekonomi meritim, seperti pembangunan deep sea port berserta kelengkapan fasilitas terkait, pembangunan transportasi laut, pembangunan konektivitas antarmoda pembangunan zona ekonomi maritime.
Salah satu bentuk kebijakan tersebut adalah pola koordinasi yang bersifat matriks. Pola yang dimaksud menempatkan dua instasi coordinator yang berbeda. TNI AL sebagai coordinator keamana laut termasuk Bakamla untuk melakukan pengawasan atas seluruh potensi ancaman militer.[16]









[1] Mantratama, Ian, Arungi Samudra Bersama Sang Naga (Jakarta:Eleks Media Komputindo, 2016) Hlm: 128
[2] Ibid Hlm:132
[3] Ibid Hlm:136
[4] Nelson, Brad dan Sulaiman, Yohanes. Indonesia Makes Waves: A New Maritime Policy Heralds a More Foregin Policy. Global Asia, Vol.10, No.1 (Spring 2015). Hlm. 71-77.
[5] Ibid Hlm:140
[6] Ibid Hlm:141
[7] Sistem diplomasi yang memiliki input dari sumber yang intelijen yang dapat diandalkan,yang kemudian didisemasikan ke stake holder untuk dapat diproses dengan cepat, dan disampaikan kepihak luar dengan baik Hlm:143
[8] Ibid Hlm:146
[9] Ibid Hlm:150
[10] Ibid Hlm:151
[11] Ibid Hlm:152
[12] Ibid Hlm:156
[13] Ibid Hlm:157
[14] Pabhakar. W.L.S. 2007.  Ther Regional Dimension of Territorial and Maritime Disputes in South Asia : Actors, Disagreements and Dynamics dalam Maritime Security in Southeas Asia. London: Routledge.
[15] Till, Geoffrey. 1998. Seapower. Hlm.3.

Komentar

Postingan Populer